Harga Minyak Dunia Turun Dipicu Skeptisisme Pemotongan Produksi OPEC+

PT Rifan Financindo Berjangka – Harga minyak mentah AS turun menghapus kenaikan sebelumnya, karena para pedagang semakin yakin bahwa OPEC+, sebuah kelompok yang terdiri dari OPEC ditambah sekutu produsen minyaknya, tidak akan memenuhi pengurangan produksi yang dijanjikan.

Melansir CNBC, Jumat (1/12/2023), harga emas WTI untuk kontrak bulan Januari turun USD 1,20, atau 1,54%, menjadi USD 76,66 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak bulan Januari kehilangan 14 sen, atau 0,17%, diperdagangkan ke level USD 82,96 per barel.

OPEC+ merilis pernyataan pada hari Kamis yang tidak secara resmi mendukung pengurangan produksi. Namun masing-masing negara mengumumkan pengurangan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari untuk kuartal pertama tahun 2024. Dengan Arab Saudi, sebagai negara utama dan anggota terbesar, yang memimpin langkah tersebut.

“Riyadh setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar satu juta barel per hari,” kata seorang sumber di Kementerian Energi kepada Saudi Press Agency.

Irak memangkas produksi sebesar 223.000 barel per hari, Uni Emirat Arab 163.000 barel per hari, Kuwait 135.000 barel per hari, Kazakhstan 82.000 barel per hari, Aljazair 51.000 barel per hari, dan Oman 42.000 barel per hari.

Rusia juga memperdalam pengurangan pasokan sukarela menjadi 500.000 barel per hari hingga akhir kuartal pertama. Ini dikatakan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Para pedagang khawatir bahwa pemotongan tersebut bersifat sukarela dan tidak wajib, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah OPEC+ benar-benar dapat menindaklanjuti dan membatasi produksi, menurut Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

“Alih-alih memiliki jawaban yang jelas terhadap apa yang akan terjadi, kita hanya punya janji – janji tersebut membuat orang gelisah,” kata Flynn.

OPEC+ memiliki masalah besar dalam hal kohesi dan kepatuhan terhadap pengurangan produksi, kata John Kilduff dari Again Capital.“Kecurangan adalah nama tengah mereka dalam situasi ini – yaitu OPEC,” kata Kilduff.

Kilduff mengatakan OPEC+ semakin tertekan oleh rekor produksi dari negara-negara termasuk AS dan kehilangan pangsa pasar di Asia, di mana pertumbuhan permintaan mengalami kesulitan akibat hambatan ekonomi di Tiongkok.

“Mereka menghadapi masalah besar,” kata Kilduff tentang OPEC+ dan Arab Saudi pada khususnya. “Mereka sedang sibuk dan bagi saya ini tidak akan menjadi strategi kemenangan bagi mereka,” katanya mengenai pengurangan produksi.

 

PT Rifan Financindo Berjangka – Gfr