Bursa Saham Asia Bervariasi, Indeks Hang Seng Tergelincir

PT Rifan Financindo Berjangka – Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa (24/10/2023) di tengah sentimen investor melihat data survei swasta mengenai aktivitas bisnis dari Jepang dan Australia. Selain itu, indeks harga produsen pada Oktober dari Korea Selatan.

Dikutip dari CNBC, sejumlah pasar bersiap untuk sedikit pulih setelah Asia alami aksi jual yang lebih luas dalam tiga sesi terakhir.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,44 persen, dan pulih dari kerugian dalam tiga hari berturut-turut. Indeks Nikkei Jepang 225 mendaki 0,21 persen. Indeks Topix merosot 0,14 persen menjelang pembacaan indeks purchasing managers dari S&P global.

Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,33 persen. Indeks Kosdaq menguat 0,7 persen setelah indeks harga produsen naik lebih cepat 1,3 persen year on year (YoY) pada September, dibandingkan 1 persen pada Agustus 2023.

Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka di 17.044, melemah dibandingkan penutupan indeks sebelumnya 17.172,13.

Di wall street, indeks Nasdaq menghentikan kerugian dalam empat hari setelah imbal hasil treasury turun dari level tertinggi. Pelaku pasar juga menanti rilis laba perusahaan dari raksasa industri teknologi.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan sempat kembali di atas 5 persen. Imbal hasil obligasi pun tergelincir menjadi 4,85 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,27 persen. Indeks Dow Jones tergelincir 0,58 persen dan indeks S&P 500 susut 0,17 persen.

Investor akan menantikan musim laporan laba dan melihat apakah saham dapat pulih dari kerugian baru-baru ini atau akan terjadi penurunan lebih lanjut.

Imbal hasil obligasi telah meningkat selama tiga bulan terakhir, sehingga menurunkan valuasi saham. Namun, risiko lebih besar ada di laba ketika memasuki musim laporan keuangan, demikian disampaikan Head of European Equity Strategy UBS, Gerry Fowler.

UBS telah identifikasi saham-saham yang mungkin memberikan kejutan baik positif dan negatif ketika hasil kinerja keuangan dirilis ke depan.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 23 Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik terus melakukan aksi jual pada perdagangan Senin, 23 Oktober 2023. Koreksi bursa saham Asia Pasifik juga menanti rilis inflasi di Asia dan produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan pada kuartal III 2023.

Dikutip dari CNBC, Australia akan rilis inflasi September pada Rabu pekan ini. Sedangkan Jepang akan mengumumkan inflasi Tokyo pada Jumat pekan ini. Inflasi di Tokyo dianggap sebagai indikator utama inflasi nasional.

Tingkat inflasi Singapura pada September sedikit naik menjadi 4,1 persen dari 4 persen pada Agustus, sejalan dengan harapan.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,82 persen ke posisi 6.844,1. Indeks Nikkei 225 tergelincir 0,83 persen ke posisi 30.999,55. Indeks Nikkei untuk ketiga kali ditutup di bawah 31.000 pada Oktober 2023. Sejak Mei, indeks Nikkei di atas 31.000. Indeks Topix melemah 0,75 persen ke posisi 2.238,81.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,76 persen ke posisi 2.357,02. Indeks Kosdaq susut 0,72 persen.

Sedangkan indeks CSI 300 terpangkas 1,04 persen ke posisi 3.474,24 yang merupakan level terendah sejak Februari 2019.

Penutupan Wall Street pada 23 Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 23 Oktober 2023. Indeks Nasdaq menguat seiring imbal hasil treasury atau obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi.

Selain itu, pelaku pasar menanti rilis laba perusahaan dari raksasa industri teknologi. Seiring sentimen itu, pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones tergelincir 190,87 poin atau 0,58 persen ke posisi 32.936,41. Sedangkan indeks S&P 500 susut 0,17 persen ke posisi 4.217,04. Indeks Nasdaq bertambah 0,27 persen ke posisi 13.018,33. Demikian mengutip dari CNBC, Selasa (24/10/2023).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menjadi acuan sempat sentuh level tertinggi di atas 5 persen. Pada perdagangan terakhir, imbal hasil obligasi pemerintah AS sekitar 4,85 persen.

Suku bunga telah melonjak dalam beberapa minggu terakhir, dengan imbal hasil atau yield treasury 10 tahun yang menembus di atas 5 persen pada Kamis, 19 Oktober 2023 pertama kali tersejak Juli 2007.

Komentar dari ketua the Federal Reserve Jerome Powell pada Kamis pekan ini menunjukkan kebiasaan moneter dapat melakukan pengetatan lebih lanjut. Hal ini tampaknya memicu kekhawatiran investor dan mendukung kenaikan imbal hasil treasury. Sejumlah analis menilai imbal hasil acuan masih memiliki ruang lebih lanjut untuk dijalankan.

“Kenaikan imbal hasil yang cepat seharusnya mempercepat gambaran ekonomi yang sudah melemah yang ditutupi kenaikan suku bunga,” ujar Chief Market Strategist Canaccord Genuity, Tony Dwyer dalam catatannya.

Wall street mengalami pekan yang sulit. Indeks S&P 500 melemah 2,4 persen, dan mencatat penurunan minggu pertama dalam tiga minggu. Indeks Dow Jones merosot 1,6 persen, sedangkan indeks Nasdaq tergelincir dan mencatat penurunan dalam dua minggu berturut-turut.

Gerak Saham

Saham Chevron tergelincir 3,7 persen menyusul berita perusahaan akan membeli Hess. Raksasa farmasi Walgreens menguat 3 persen setelah peningkatan rekomendasi saham dari JPMorgan. Saham keamanan online Okta melemah pada hari kedua, seiring pelanggaran data. Saham Okta susut 8 persen.

Musim laporan keuangan meningkat dengan sejumlah raksasa teknologi besar akan melaporkan laporan keuangannya. Investor mengantisipasi hasil kinerja dari Alphabet, Amazon, Meta dan Microsoft yang akan memberikan informasi penting untuk pasar saham.

Sejumlah saham teknologi menguat sehingga membantu indeks Nasdaq bertambah 0,4 persen. Hal itu membawa indeks Nasdaq mencatat indeks terbaik dari tiga indeks acuan.

Saham Spotify menguat lebih dari 3 persen. Perusahaan layanan streaming ini menjadi salah satu perusahaan besar yang akan melaporkan kinerja sebelum penutupan pasar pada Selasa pekan ini.

Saham Alfabet dan Microsoft bertambah lebih dari 1 persen. Sedangkan saham Snap menguat lebih dari 2 persen. Tiga perusahaan itu dijadwalkan mempublikasikan rilis laporan keuangan kuartalan setelah penutupan perdagangan pada Selasa pekan ini.

Saham Amazon dan Meta naik masing-masing lebih dari 1 persen dan 2 persen. Namun, tidak semua saham teknologi naik. Saham IBM dan Intel tergelincir pada awal pekan ini.

Chief Investment Strategist Global BlackRock Investment Institute, Wei Li menuturkan, investor tampaknya terlalu optimistis terhadap laba perusahaan terutama jika perusahaan teknologi besar tidak mencapai targetnya.

“Sekitar setengah dari pertumbuhan laba yang diharapkan terkait kapitalisasi pasar terbesar. Menurut data LSEG, di mana kekuatan besar kecerdasan buatan terwakilii dengan baik.Dalam pandangan kami harapan terhadap saham secara luas tidak terdengar dan terlalu optimistis,” ujar dia.

PT Rifan Financindo Berjangka – Gfr