PT. Rifan Financindo Berjangka – Bursa saham Asia-Pasifik menghadapi setback lain dalam perdagangan awal Kamis (30/11/2023), tepat sebelum rilis data aktivitas manufaktur China November 2023.
Pada pukul 08:30 WIB, Nikkei 225 Jepang melemah sebesar 0,24%, Hang Seng Hong Kong koreksi sebesar 0,12%, Shanghai Composite China turun tipis sebesar 0,01%, Straits Times Singapura terpangkas sebesar 0,34%, ASX 200 Australia juga turun tipis sebesar 0,06%, dan KOSPI Korea Selatan mengalami penurunan tipis sebesar 0,01%.
Perhatian tertuju pada data aktivitas manufaktur China, yang direpresentasikan oleh Indeks Manajer Pembelian (PMI) versi NBS untuk November 2023, yang akan dirilis. Konsensus pasar mengantisipasi PMI manufaktur bulan ini sebesar 49,9, peningkatan sedikit dari angka 49,5 pada Oktober tetapi masih menunjukkan kontraksi.
Penurunan tak terduga dalam manufaktur China pada Oktober menjadi 49,5, dari 50,2 pada September, menimbulkan kekhawatiran tentang kerapuhan pemulihan ekonomi, menekankan perlunya dukungan pemerintah lebih lanjut.
Dampak perlambatan ekonomi China dirasakan di seluruh wilayah Asia-Pasifik, mengingat posisinya sebagai ekonomi terbesar ke-2 dunia dan kekuatan utama di Asia.
Di sisi lain, tren pelemahan di pasar Asia-Pasifik terjadi di tengah variasi di pasar saham Amerika Serikat (AS), khususnya di Wall Street.
Wall Street mengalami pergerakan campuran, dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik sedikit sebesar 0,04%, sementara Nasdaq Composite melemah sebesar 0,16%, dan S&P 500 melandai sebesar 0,09%.
Volatilitas pasar menyusul rilis data pertumbuhan ekonomi yang kuat pada kuartal III-2023 untuk AS, menunjukkan ketangguhan ekonomi Amerika. Selain itu, pernyataan beberapa pejabat Federal Reserve AS, yang dianggap lebih dovish, berkontribusi pada ketidakpastian pasar.
Ekonomi AS tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan pada Q3-2023, melampaui perkiraan sebelumnya sebesar 4,9% dan proyeksi analis sebesar 5%. Ini menandai pertumbuhan terkuat sejak kuartal terakhir 2021, pulih dari pertumbuhan 2,1% pada kuartal sebelumnya.
Namun, komentar beragam dari pejabat Federal Reserve meninggalkan pasar dalam dilema. Gubernur Christopher Waller menyatakan keyakinannya bahwa kebijakan Federal Reserve “saat ini sudah dalam posisi yang baik” dalam menahan inflasi. Sebaliknya, Gubernur Michelle Bowman menyatakan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan karena dinamika yang terus berkembang membuat inflasi tetap tinggi.
Sementara menurut Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester, Federal Reserve perlu ‘gesit’ dalam menanggapi data ekonomi.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin, mengatakan bahwa kenaikan suku bunga masih mungkin dilakukan jika inflasi tidak terus mereda.
Komentar yang beragam dari pejabat Federal Reserve membuat pasar dilema akan sikap Federal Reserve mendatang. Namun, pasar tetap optimis bahwa sikap Federal Reserve dapat melunak ke depannya.
PT. Rifan Financindo Berjangka – Glh